Perhatian
kita sekarang terus dinodai dengan tingkah parakoruptor. Kalau saja
hukum di negara ini bisa tegas, tentu tidak akan ada yang berani
‘ngembat duit rakyat buat kesenangan pribadi. Tapi tahu sendiri kan yang
terjadi dengan semua ini..?
Iwan Fals sudah sering menyindir
tingkah busuk para koruptor dalam lagu lagunya, bahkan dia juga memotret
perlakuan spesial yang dinikmati koruptor yang sudah dipenjara
sekalipun. Mari simak apa sebagian cerita Iwan Fals dalam lagu-lagunya
tentang para koruptor itu….
Ini bukan rahasia lagi seperti kata
Iwan Fals, negeri kita ini surganya para penipu. Akibat ancaman hukuman
yang tidak tegas, pemimpin yang memble, akhlak yang bejat… dan secara
tidak langsung ‘didukung’ juga oleh beberapa dari kita sendiri yang
kadang tak ambil pusing dengan semua itu, yang penting tidak diusik,
perut kenyang keluarga senang, peduli maling berkeliaran.
(Tiga Bulan)
Karya ini merupakan salah satu lagu lama dimasa awal karir Iwan Fals
sekitar awal 80-an. Saat lagu ini beredar dalam album berjudul sama, 3
Bulan, dia belum begitu populer. Lagu ini berkisah mengenai diskriminasi
perlakuan dan putusan hukum antara maling telur ayam dan koruptor uang
negara senilai seratus juta rupiah.
Si maling telur dalam pengadilan
mendapatkan perlakuan tegas. Dan dia akhirnya dihukum selama tiga bulan
penjara karena mencuri seratus butir telur ayam di pasar. Lalu bisa
dipastikan dia semakin tersiksa dalam penjara dengan adanya bait lirik
yang tertulis,“bibir sumbing gigi rompal dapat kupastikan”.
Bagaimana dengan si koruptor. Ternyata perlakuan dalam persidangan jauh
lebih ‘santun’ ketimbang si maling telur tadi. Kamu bisa baca dalam
bait, “Palu kayu bapak hakim berbunyi pelan terdengar sumbang”. Itu bisa
kita artikan sendiri kalau si hakim tidak tegas dan menjadikan
pengadilan untuk koruptor ini hanya sebagai permainan belaka. Dan
hasilnya koruptor itu juga ditahan selama tiga bulan penjara. Hebat kan,
maling telur dan koruptor hukumannya sama. Makin hebat lagi ketika Iwan
Fals berkata, “dalam rumah dalam penjara tiada beda…”. Kamu bisa
memahami lirik itu kan?. Kalau kita rajin mengamati berita-berita
tentang lucunya putusan pengadilan sekarang, ternyata peristiwa yang
dinyanyikan Iwan Fals pada awal tahun 80-an ini masih sering kita
dapatkan di masa sekarang.Lirik lengkap lagu Tiga Bulan
(Pemborong Jalan)
Ini juga karya Iwan Fals di tahun 80-an saat dia masih belum populer. Lagu ini terdapat dalam album Perjalanan.
Lagu ini berisi mengenai kritikan Iwan Fals pada kualitas pembangunan
di negeri ini yang hanya bertahan sebentar saja lalu rusak lagi. Dia
memberi contoh pada sebuah jalan yang baru saja diaspal, setelah sehari
terkena hujan, aspal itu rusak lagi. Apakah yang terjadi? apakah dana
proyek itu dikorupsi? kemungkinan itu sangatlah besar.
Kemudian Iwan
Fals menghubungkan dengan uang pajak. Rakyat yang sudah bayar pajak
tinggi tetapi mendapatkan fasilitas yang minim. Iya benar, kita bisa
meyakini semuanya dikorupsi. Uang pajak dikorupsi, lalu yang dipakai
hanya tinggal sisa-sisanya untuk pembangunan fasilitas publik yang
hasilnya asal-asalan. Lalu para pekerja pembangunan itu hanya diupah
rendah, mereka tak ubahnya hanya menjadi sapi perahan saja oleh pemenang
tender proyek yang biasanya sudah diatur. Inilah ironisnya negeri kaya
raya yang bernama Indonesia ini. Korupsi dimana-mana.
(Sapuku Sapumu Sapu Sapu)
Karya ini ada dalam album Opini tahun 1982. Sebenarnya lagu ini
mengangkat tema tentang profesi tukang sapu. Pekerjaan kecil ini kadang
luput dari perhatian kita, padahal jasa tukang sapu sangat besar untuk
kebersihan dan kesehatan lingkungan yang kerap kita lewati.
Lalu dimana hubungannya dengan koruptor? Simak bait ini: “Tukang sapu
bawa sapu masuk di kantor bersihkan yang kotor… Cukong kotor mandor
koruptor semua yang kotor… awas kena sensor..”. Dalam kacamata saya,
tukang sapu disini bermakna kita sebagai bagian dari rakyat yang
menginginkan negeri ini bersih dari korupsi. Lalu kita memasuki
area-area yang sering menjadi sarang para koruptor. Kita bersihkan semua
koruptor yang bertengger disana. Lalu Iwan Fals mengingatkan ‘awas kena
sensor’. Peringatan itu bermakna kalau kita rajin membersihkan para
tukang korupsi tersebut, kita bisa dibasmi juga.
(Politik Uang)
Lagu yang ini ada dalam album Manusia Setengah Dewa tahun 2004. Sebuah
album Iwan Fals yang sarat dengan kritik sosial. Album ini pula yang
saat itu menjawab kerinduan penggemar terhadap sosok kritis dan
kesederhanaan lagu-lagu dari penyanyi ini.
Lagu ini berkisah
mengenai dunia politik dengan banyaknya partai yang terdaftar untuk ikut
pemilihan umum. Disitu Iwan Fals berkata asalkan punya uang banyak,
sebuah partai bisa memenangkan pemilu. Dengan apa? Dengan menyuap para
pemilih untuk memilih partai politik yang ditentukan. Mereka (partai
politik) kampanye dengan menawarkan berbagai program kerja kepada
rakyat. Tetapi itu rupanya hanyalah seperti dongeng karena kenyataannya
hanya cuma omongan yang tidak jelas pelaksanaannya. Namun banyak
penonton cukup senang karena mereka mendapat keuntungan materi dengan
menghadiri kampanye politik.
Dalam lagu ini Iwan Fals berkata
uang adalah bahasa kalbu, uang adalah santapan rohani mulai birokrat,
rakyat jelata bahkan wakil rakyatnya. Meski tidak semuanya tetapi banyak
yang suka. Mungkin maksudnya dengan uang (kotor) bagi siapa saja yang
suka, apapun bisa dilakukan, bahkan untuk memperoleh kekuasaan politik.
Lalu dia melanjutkan dengan bait, “Jangan heran korupsi menjadi jadi…
Habis itulah yang diajarkan… Ideologi jadi komoditi… Bisa diekspor ke
luar negeri”. Masih mau membantah kalau korupsi tidak diajarkan dalam
keseharian beberapa dari kita…?
(Dan Orde Paling Baru)
Lagu
ini masih dalam album Manusia Setengah Dewa. Dulu kita mengenal istilah
Orde Lama. Kemudian kita mengenal lagi istilah Orde Baru sebagai
pengganti istilah sebelumnya. Dan setelah kekuasaan Orde Baru
digulingkan dengan demonstrasi besar-besaran tahun 1996, kita mengenal
dengan Orde Reformasi. Namun Iwan Fals menyebutnya Orde Paling Baru.
Dalam lagu ini Iwan menyindir tidak banyaknya perubahan setelah Orde
Baru digulingkan. Lagu ini langsung menghentak dengan bait “KKN
berkembang biak sampai kelurahan”. Istilah KKN semakin kita kenal pada
masa demonstrasi besar-besaran menuntut reformasi. KKN adalah singkatan
dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Kondisi penuh KKN ini merajalela
dimasa Orde Baru sehingga menjadi salah satu pemicu pergolakan besar
yang kemudian meruntuhkannya. Namun ternyata sampai masa Orde Paling
Baru praktek tersebut tidak berkurang, bahkan malah semakin menjadi.
Apakah benar yang dikatakan Iwan Fals?. Coba saja kamu main ke berbagai
kantor kelurahan untuk membuktikannya. Setidaknya apa yang dikatakan
Iwan Fals dalam lirik lagu ini memuat kebenaran. Sungguh mengerikan
kondisi seperti ini, sehingga Iwan Fals melanjutkan dengan kalimat
“Perlu pemimpin yang demokratis tapi bertangan besi” untuk memberantas
praktek KKN itu. Apakah pemimpin yang sekarang seperti itu..?.
(Ngeriku)
Negeriku yang ngeri, mungkin itu maksud Iwan Fals membuat lagu yang
masih berada dalam album Manusia Setengah Dewa ini. Disini Iwan Fals
mengajak kita turut serta bersih bersih negeri dari para penipu ini.
Negeri para penipu? Iya benar, masih tidak percaya lagi?. Cobalah
menengok keluar.Kata Iwan Fals negeri ini surganya para penipu. Dan
memang benar itu yang terjadi, dinegeri ini para penipu berkeliaran
bebas tanpa ada ancaman hukum yang tegas. Mulai penipu kelas teri yang
kalau apes digebuki sampai mati dijalanan… penipu kelas bandengyang jika
dipermalukan media massa lalu terpaksa dicopot jabatannya karena
tekanan publik tapi bebas berdarmawisata ke luar negeri… sampai penipu
kelas kakap yang antri untuk dicium tangannya bolak balik oleh para
pejabat tinggi negara. Dan tidak ada ancaman hukum yang membuat jera
terhadap perilaku mereka. Koruptor juga masuk kedalam golongan penipu,
maling dan sejenisnya dan hal diataslah yang kita tonton setiap hari.
Kita sebagai rakyat yang takut akan dosa dan pembalasan di akhirat
hanya bisa mengutuk dan mencibir ulah para penipu ini, namun biasanya
yang terlalu keras sindirannya akan disikat. Disikat demi kepentingan
kelompok atau golongannya. Disikat dengan sikat yang dibeli dari uang
kotor hasil korupsi. Ngeri… Iwan Fals dalam lagu ini mengajak kita
bersih-bersih negeri ini dari gerombolan penipu… sebelum kita yang
dibersihkan oleh mereka.
Masih banyak lagu-lagu Iwan Fals baik
solo maupun bersama grup band yang memuat lirik tentang korupsi dan
sebangsanya. Kita semua memang jenuh dengan kondisi seperti ini. Kita
menjadi saling curiga dan tidak bisa mudah mempercayai siapa / lembaga
apa saja yang berkicau. Kita semua seperti dipaksa bersabar dan hanya
disuruh duduk manis disofa menjadi penonton kebusukan-kebusukan ini dari
layar TV. Apakah kita harus ramai-ramai turun ke jalan untuk merobohkan
setan yang berdiri mengangkang….?
Kalau cinta sudah di buang, jangan harap keadilan akan datang.
Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan.
Sabar sabar sabar dan tunggu, itu jawaban yang kami terima.
Ternyata kita harus ke jalan, robohkan setan yang berdiri mengangkang.
Penindasan serta kesewenang wenangan, banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan.
Hoi hentikan, hentikan jangan diteruskan.
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan.
Dijalanan kami sandarkan cita cita. Sebab dirumah tak ada lagi yang bisa dipercaya.
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia.
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta.
BONGKAR !!!
Posted in: Info
0 comments:
Post a Comment