, bertambah sudah, menjadi Haji.
Setelah selama satu bulan menjalankan ibadah haji bersama istri
tercinta Rosana (Yos), memang tidak ada yang terlihat berbeda dengan
penampilan Iwan Fals. Namun, jika diperhatikan secara seksama akan
terlihat perbedaan. Diantaranya yaitu saat ini ia sering menggosok
giginya dengan siwak dan dilehernya kini digelantungi oleh tasbih.
Rupanya, pengalaman selama satu bulan di Tanah Suci membawa hal
yang positif untuk sang legenda. Iwan menuturkan pengalamannya selama di
Tanah Suci bersama Yos. Kata-kata pertama yang keluar dari mulut Iwan
saat ditanya pengalamannya menjalankan ibadah haji ialah kaget. Kenapa
begitu?
Menurutnya saat pertama kali melihat Ka’bah, ia merasakan Ka’bah
itu seperti masuk kedalam dadanya dan sempat membuat nafasnya
tersenggal. Menurutnya itu pengalaman yang tidak dapat ia lupakan sampai
kapanpun. “Saya begitu melihat Ka’bah pertama kali seperti masuk ke
dalam dada. Saya sempat kaget,” ujarnya.
Saya kira kejadian itu hanya terjadi pada diri saya saja ternyata
juga terjadi pada orang lain. Padahal ini bukan yang pertama saya
melihat Ka’bah. Sebelumnya saya pernah tinggal di Arab selama 9 bulan
tapi waktu itu saya tidak mengalami hal seperti itu. ”Mungkin juga waktu
itu saya masih anak-anak jadi perasaannya berbeda,” tambahnya.
Sebelum berangkat ke tanah suci, bapak dari Galang (Alm.), Cikal,
dan Raya ini memang sudah meniatkan akan berdoa demi kemakmuran bangsa
Indonesia. Dan niat itu benar-benar dilaksanakannya setibanya di tanah
suci. “Selain mendoakan bangsa ini, saya juga mendoakan Oi, dan banyak
hal lagi yang saya minta disana. Mumpung lagi di tanah suci, saya doa
sebanyak-banyaknya,” tambahnya.
Banyak cerita aneh dari orang-orang yang pernah menunaikan ibadah
haji di tanah suci. Namun, hal tersebut tidak terjadi selama Iwan dan
Yos berada di tanah suci. “Selama menjalankan ibadah haji tidak ada hal
yang aneh yang saya temui semuanya biasa saja. Hanya pada saat tawaf,
ada dua orang nenek-nenek yang jalannya saja sudah susah, tapi mereka
sanggup menjalankan ibadah tawaf sampai selesai,” ujarnya.
Yang aneh justru Arab yang jarang sekali di guyur hujan, justru
pada tahun ini hujan turun di Arab. Bahkan dikabarkan banyak orang
meninggal karena banjir akibat hujan deras yang turun di Arab. Namun,
semua itu tidak dialami baik oleh Iwan maupun Yos. Menurut Iwan, justru
turunnya hujan disambutnya dengan rasa syukur.
“Waktu disana memang lagi hujan tapi saya bersyukur karena dengan
adanya hujan jadi tidak ada debu. Saya disana tidak mendengar kalau
banyak yang meninggal karena banjir. Saya justru dikasih kabar dari
Jakarta. Soalnya yang saya lihat memang ada banjir tapi tidak parah.
Karena disana jarang terjadi hujan, jadi saluran airnya tidak berjalan
dengan baik,” ungkapnya.
Selama menjalankan ibadah Iwan tidak pernah lepas menjaga istrinya
yang kondisinya memang tidak sesehat dirinya. “Saya kan menemani istri
saya naik haji, jadi waktu tawaf saya ngejagain istri saya agar tidak
terhimpit jamaah lain yang badannya besar-besar. Alhamdulillah Yos bisa
menjalankan semua ibadah selama di tanah suci,”ungkapnya.
Meski begitu, kesehatan Iwan sempat terganggu karena terkena flu.
Namun, semuanya tidak menjadi halangan untuk Iwan dan Yos untuk
menjalankan rangkaian ibadah haji. “Saya sempat flu. Tapi yos lebih dulu
sembuh. Dan disana fisik Yos sangat kuat dibandingkan dengan di
Jakarta. Mungkin karena dia benar-benar niat dan tulus dalam menjalankan
ibadah haji jadi diberikan kekuatan oleh Allah,” ujarnya.
Di Tanah Suci, Iwan bersyukur dapat sholat tepat di depan makam
Nabi Muhammad SAW. Bahkan secara diam-diam ia berhasil mengabadikannya
lewat kamera HP. Namun, ia tidak bisa memegang bahkan mencium Ka’bah.
Sebenarnya bukan karena ia tidak sanggup. Tapi, hal tersebut memang
sengaja ia tidak lakukan karena ia tidak tega jika harus menyakiti orang
lain saat ingin mendekat ke Ka’bah.
“Saya tidak sempat mencium ka’bah. Karena untuk mencium ka’bah
benar-benar perlu perjuangan. Kita harus mau menginjak-injak orang
bahkan berdesak-desakan. Saya pikir untuk apa berbuat sesuatu yang baik
tapi harus menyakiti orang lain. Apalagi di Tanah Suci. Jadi saya memang
tidak sempat memegang Ka’bah,” katanya.
Selain itu, bermacam-macam orang yang hadir untuk menunaikan ibadah
haji tidak luput dari perhatian Iwan. Terlebih cara beribadahnya yang
beraneka ragam. Namun perbedaan tersebut tidak menjadi masalah bagi
masyarakat yang ada disana. Justru perbedaan tersebut membuat Iwan
berfikir kalau Islam itu sangat beragam.
“Saya memperhatikan cara beribadah orang-orang yang melakukan
ibadah haji. Dari cara sholatnya saja berbeda-beda. Ada yang tangannya
tidak bersedakep, ada yang bersedakepnya di kiri, ada yang sama dengan
kita. Lalu ada pada saat tahiyat akhir, jari telunjuknya
digoyang-goyangkan. Pokoknya caranya macam-macam deh. Tapi, semua itu
tidak ada yang mempermasalahkan saya pikir ini Islam yang benar. Karena,
sepengetahuan saya, cara-cara tersebut ada cerita sendiri-sendiri.
Tapi, kenapa di Indonesia dipermasalahkan ya?” ungkapnya.
Ia pun berharap, masyarakat Indonesia banyak belajar untuk lebih
menghargai perbedaan dalam menjalankan ibadah menurut kepercayaannya
masing-masing. Karena menurutnya, Islam itu memang beragam dan sangat
banyak alirannya.
Gitar Kecil Setia Menemani
Jika penggemar setia Iwan Fals, baik Oi maupun Fals Mania perhatikan, pada konser bulanan “Pohon Untuk Kehidupan”
yang digelar sebelum kebarangkatan Iwan ke Tanah Suci, saat duet
bersama diva dangdut Ikke Nurjanah, Iwan menggunakan gitar kecil buntung
ala si raja dangdut Rhoma Irama. Gitar tersebut rupanya turut menemani
Iwan dalam menunaikan ibadah haji.
Gitar kecil tersebut memang dipesan khusus Iwan agar dapat
menemaninya saat menunaikan ibadah haji selama satu bulan penuh.
Dipilihnya ukuran kecil alasannya sangat sederhana, yaitu agar dapat
masuk ke dalam koper, sehingga tidak banyak orang yang mengetahuinya.
“Saya membawa gitar kecil. Tapi tidak semua orang tahu kalau saya
membawa gitar, hanya ustadz saya, dan beberapa orang teman sekamar yang
tahu. Dan saya hanya memainkan gitar saat istirahat dan tidak sedang
beribadah,” tambahnya.
Saat bercerita tentang gitar kecil yang menemaninya, Iwan
teringat kenangan saat ia tinggal di Arab selama sembilan bulan. Waktu
itu usianya masih kanak-kanak, dan ia merasa tidak betah tinggal di
Arab. Ia pun teringat kalau saat itu ia berdoa di depan Ka’bah agar
dapat memiliki gitar dan berharap dapat menjadi penyanyi.
Mungkin karena doanya sangat tulus, Allah mendengarkan dan
mengabulkan doanya. Alhasil kini Iwan-pun saat ini berhasil menjadi
penyanyi nomor satu di Indonesia. “Ya, dulu saya pernah berdoa di depan
Ka’bah ingin menjadi penyanyi dan saya pulang ke Indonesia membawa
gitar. Sekarang saya kembali lagi membawa gitar, sekaligus laporan sama
Allah kalau saya sudah menjadi penyanyi dan mudah-mudahan menjadi
penyanyi yang benar,” ungkapnya.
Selain itu, alasan lainnya adalah gitar yang ia bawa bukan sekedar
untuk dimainkan atau mengisi waktu luang ditengah-tengah ibadah haji.
Karena, gitar yang dibawanya semata-mata hanya untuk meregangkan
otot-otot jarinya agar tidak kaku. Sehingga setelah selesai menjalankan
ibadah haji dan kembali ke Indonesia, ia tetap dapat menjalankan
aktifitasnya sebagai pemusik.
“Saya membawa gitar kesana karena saya merasa kalau selama sebulan
tidak memainkan gitar, bisa kaku semua jari-jari saya. Lagi pula saya
juga harus menghapalkan lagu-lagu untuk album baru dan acara
PanggungKita waktu itu. Tapi pada waktu ibadah saya tidak memainkan
gitar, wah, bisa kaku semua jari-jari saya,” ujarnya seraya mengakhiri
cerita pengalaman saat Ibadah Haji. (Andri Oktavia)