Friday, August 5, 2011

Hukum Puasa Haram

Puasa haram ialah sesuatu pekerjaan puasa yang diharamkan oleh hukum. Di antara puasa yang diharamkan seperti:

  • Berpuasa di dua hari raya: Idul Fitri dan Idul Adha
  • Berpuasa di hari tasyriq, yaitu ketika tanggal 12, 13 dan 14 Dzulhijjah
  • Berpuasanya seorang isteri tanpa seizin suami
Dari kitab suci Al-Qur'an tersurat bahwa barangsiapa yang berbuat kebaikan akan menerima 10 balasan. Namun dari ayat tersebut tidaklah berlaku atas apa yang disebut puasa, karena setiap perbuatan puasa yang berhak menilainya dan menerimanya hanyalah Allah. Sedangkan manusia tidak ada hak untuk menilai setiap puasa seseorang. Setiap nilai yang diberikan oleh Allah maka akan mendapatkan hikmah. Sebabnya ada puasa yang diharamkan atau dilarang karena tidak adanya batasan-batasan, sedangkan puasa yang diperintahkan mengandung batasan-batasan.

Setiap yang tidak ada batasannya lebih banyak manfaat daripada hikmah, sedangkan setiap yang ada batasannya akan lebih besar hikmah dari manfaat.
Contohnya:
  • Setiap minuman keras diharamkan, tentu tidak mempunyai batasan meminumnya, akibatnya menjadi memabukkan/lupa diri.
  • Nabi Adam a.s., yang pertama-tama menerima larangan dari Allah, akibatnya karena larangan tersebut dilanggar, adanya manusia sekarang ini (manfaat).
  • Nabi Muhammad saw, lebih dahulu mendapat perintah, akibatnya adanya agama Islam yang kita anut sekarang ini (hikmah).

 

Sebabnya dilarang berpuasa di hari raya Idul Fitri

Menurut hitungan tahun Hijriyah setiap tahun terdapat 12 bulan, dan untuk setiap bulannya ada mengandung isi maknanya masing-masing. DI bulan Syawal yang diharamkan berpuasa terletak pada tanggal 1-nya saja, sedangkan untuk tanggal-tanggal berikutnya tidak diharamkan. Diharamkan puasa ketika tangal 1 Syawal sebab di tanggal ini adanya penghapusan dosa-dosa manusia dan saatnya pula diadakannya tutup buku catatan manusia.

Dan ketika memasuki tangagl 2 Syawal mulailah pencatatan kembali segala amal perbuatan manusia yang baru atau dimulainya membuka buku catatan manusia.
Persyaratan untuk mencapai Fitri (kesucian) seperti:
  • Mengeluarkan zakat fitrah yang berbentuk beras (untuk di negeri kita) dengan takaran sebanyak 3 1/3 liter per jiwa. Dengan pengeluaran ini maka akan terhapuslah dosa-dosa terhadap sesama manusia dan terhadap sesama makhluk.
  • Melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh, bila tidak melaksanakannya maka zakat fitrahnya tidak sah. Untuk terhapusnya dosa bila dibandingkan dengan orang yang melaksanakan haji ialah ketika wuquf di Arafah. Dan untuk penyempurnaannya dengan melontar di Aqaba. Bagi yang tidak melaksanakan haji, yaitu berpuasa Ramadhan, dan penyempurnaannya dengan mengeluarkan zakat fitrah.

 

Sebab dilarangnya berpuasa di hari raya Idul Adha

Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Dzul artinya orang yang mengerjakan, dan Hijah artinya Haji. Jadi arti penuhnya menjadi mengerjakan haji, sehingga adanya hari kesucian. Di dalam melaksanakan haji ada terdapat hari yang disebut hari Tasyriq, yaitu hari-hari dari tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, dan di hari-hari tersebut bertepatan dengan adanya pelontaran di Aqaba, Wusta dan Uulaa. Ketiga nama tersebut adalah nama-nama batu yang menjadi tumpuan pelontaran. Dan asal-usul dari nama-nama batu adalah dari nama-nama iblis.

Aqaba adalah nama iblis yang hidup di masa Nabi Ibrahim dan yang sekarang sudah menjadi batu serta menjadi tumpuan pelontaran bagi yang berhaji. Nabi Ibrahim as adalah bapaknya dari ilmu ketauhidan (meng-Esa-kan Tuhan) dan agama yang disyiarkan oleh Nabi Ibrahim bernama agama Hanif. Dari sifat-sifat kebathinan Nabi Ibrahim inilah untuk setiap manusia ada mewarisinya sehingga manusia sekarang ini ada memiliki:
  • Iman (6 rukun iman)
  • Yaqin (percaya sepenuhnya)
  • Tawaqal (berserah diri kepada Allah)
  • Qada' dan Qadar (ketentuan dan waktunya ketentuan)
Jadi jasa yang besar dari Nabi Ibrahim adalah telah menanamkan ketauhidan terhadap Allah, sedangkan musyriknya ada pada Aqaba (yang bisa berbentuk harta kekayaan, dll).

Wusta adalah nama Iblis yang hidup semasa dengan Siti Hajar isteri Nabi Ibrahim as ketika masih hidup. Kini setelah semuanya tiada, yang tertinggal adalah batu jelmaan iblis yang disebut Wusta dan kini menjadi tempat tumpuan pelontaran bagi yang berhaji. Dan kini di dalam setiap diri manusia ada sifat yang keras seperti batu.

Karena Hajar artinya batu, sehingga sifat batu tersebut terwarisi ke dalam setiap diri manusia yang disebut dengan 7 sifat nafsu. Setiap nafsu ada Wustanya, yaitu yang selalu menghalangi kepada arah untuk kebaikan. Itulah sebabnya diharamkan untuk berpuasa ketika tanggal 10 Dzulhijjah, sebab tanggal tersebut dihapusnya dosa oleh Allah.

Uulaa adalah nama iblis yang hidup semasa dengan Nabi Ismail putera Nabi Ibrahim as. Ismail artinya 'bisikan bathin', yang berupa getaran yang masuk ke hati manusia. Contohnya: apabila melihat sesuatu yang bukan miliknya maka bisikan hati mengatakan itu bukan miliknya. Itulah bisikan dari Ismail yang diwarisi hingga kepada manusia sekarang ini. Sedangkan Uulaa mengakibatkan adanya kekufuran, akibatnya menjadi seorang yang pelupa.

Sekali lagi penulis terangkan bahwa dari ke-3 iblis tersebut sekarang sudah menjadi batu semuanya dan menjadi tempat tumpuan pelontaran haji.


Hukum Puasa Bid'ah

Bid'ah artinya menambah, mengurangi atau merbuah dari sesuatu ketentuan hukum yang telah disunnatkan oleh Rasulullah. Sedangkan maksud dengan Puasa Bid'ah ialah suatu pekerjaan puasa yang sifatnya dikhususkan.
Rusaknya hukum di dalam ajaran agama Islam disebabkan oleh:

 

Khilafiyah

Yaitu adanya perbedaan pendapat dari para ulama. Hal ini sesungguhnya tidak akan terjadi apabila dari para ulama itu sendiri mau mengembalikan segala perbedaannya kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits.

 

Taklid

Yaitu percaya atas keterangan ulama yang belum tentu akan kebenarannya dari dasar hukum yang sesuai dengan sunnah Rasulullah. Akibatnya timbul yang disebut ikut-ikutan. Boleh taklid bila sesuatu keterangan itu jelas didapat dari Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai dasarnya (Taklid Wajibah). Tidak boleh taklid pada keterangan seseorang apabila jelas bahwa keterangannya bertentangan dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits (Taklid Muharamah atau disebut juga dengan Taklid Buta).

Setiap orang yang awam di bidang hukum-hukum ajaran Islam tentunya selalu akan bertanya kepada para ulama, sedangkan ulama itu sendiri terdiri dari:
 
Ulama Salaf
Ialah ulama yang tersisih, dan umumnya ulama yang tersisih ini justru adalah ulama yang konsekuen untuk mengamalkan ajaran dan hukum-hukum di dalam agama Islam yang sesuai dengan Sunnatullah (Al-Qur'an) dan Sunnatur-Rasul (Al-Hadits).
 
Ulama Khalaf
Ulama Khalaf umumnya selalu diagung-agungkan oleh para pengikutnya yang sangat banyak. Padahal para ulama khalaf untuk pegangan dasar-dasar di dalam ajaran Islam atas dasar yang terkena erosi sehingga tidak lagi bersesuaian dengan Sunnatullah (Al-Qur'an) dan Sunnatur-Rasulullah (Al-Hadits).

 

Bid'ah

Yaitu menambah, mengurangi juga merubah dari ketentuan dasar di dalam ajaran Islam, umumnya tidak lagi sesuai dengan dasar-dasar Sunnatur Rasul (Al-Hadits). Seolah-olah Al-Hadits itu dapat dibuat-buat, untuk disesuaikan dengan keperluan seseorang. Rasulullah bersabda bahwa: KULLU BID'ATIN DHALALAH WA KULLU DHALALAH FIN-NAAR (Setiap bid'ah itu sesat dan setiap sesat itu bagiannya neraka).


Dari beberapa puasa yang dikhususkan di antaranya:

  1. Puasa tanggal 12 Rabi'ul Awal yaitu puasa kelahiran Nabi Muhammad. Tentang puasa ini dipopulerkannya oleh seorang ulama yang bernama Imam Darkutni, di dalam kitabnya yang bernama kitab Bijuri. Padahal tanggal 12 Rabi'ul Awal adalah hari rayanya para malaikat dalam rangka menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Itulah sebabnya puasa 12 Rabi'ul Awal disebut puasa bid'ah (sifatnya mengada-ada).
  2. Puasa 27 Rajab Tanggal 27 Rajab adalah ketika terjadinya Isra' Mi'raj Nabi Muhammad saw. Puasa ini juga dipopulerkan oleh seorang ualam yang bernama Abu Lais yang sepupunya dari Imam Darkutni yang masih keturunan Yahudi. Menurutnya barangsiapa berpuasa 27 Rajab maka akan mendapatkan pangkat Habib. Padahal pangkat Habib adalah pangkat yang dianugerahi Allah hanya kepada Nabi Muhammad saw. Dan sesuai sabda Rasulullah tidak akan ada lagi orang yang berpangkat Habib setelah aku tiada.
  3. Puasa Nishfu Sya'ban Sudah diterangkan di atas bahwa arti dari kata nishfu Sya'ban adalah separuh bulan Sya'ban. Menurut Abu Lais dikatakan bahwa pada saat Nishfu Sya'ban adalah penutup buku. Padahal Nishfu Sya'ban adalah harinya orang-orang Majusi (agama Majusi adalah suatu kepercayaan yang belum mengetahui keesaan Allah) di zaman Nabi Nuh as. Orang-orang Majusi adalah orang-orang yang membanggakan anak Nabi Nuh as yang tidak mau mengikuti ajaran yang dibawa oleh Nabi Nuh as.
  4. Puasa 1 tahun atau puasa 1 bulan Melaksanakan puasa selama 1 tahun atau 1 bulan terus-menerus berarti menyalahgunakan waktu dan menekan haq di dalam kehidupan. Puasa ini pantas saja dilaksanakan oleh orang-orang Hindu atau Budha, tetapi bagi kita umat Muhammad, tidak ada hukumnya. Itulah sebabnya kedua puasa ini disebut dengan puasa bid'ah, sifatnya menambah dari hukum Sunnatur Rasul dengan pendapat umat Hindu/Budha.
  5. Puasa Rajab Yaitu melaksanakan puasa beberapa bulan sebelum Ramadhan tiba (puasa sejak bulan Rajab). Puasa inipun disebut puasa bid'ah, karena sifatnya mengada-ada.
  6. Puasa hari Jum'at Dilarang berpuasa di hari Jum'at kaena hari Jum'at adalah hari raya umat Islam/Idul Muslimin. Boleh berpuasa hari Jum'at apabila didahului atau diakhiri dengan puasa sebelum hari Jum'at (bila hanya hari Jum'at saja berpuasa maka itulah yang disebut puasa bid'ah).
  7. Puasa hari Sabtu Puasa hari Sabtu termasuk ke dalam puasa bid'ah, karena hari Sabtu adalah hari rayanya orang Yahudi. Dan sama dengan hari Jum'at yang bila berpuasa hanya hari itu saja, itulah yang tidak dibenarkan.
  8. Puasa hari Ahad Juga termasuk ke dalam puasa bid'ah karena hari Ahad adalah hari rayanya buat orang-orang Nasrani/Kristenn. Sama dengan puasa Jum'at dan puasa Sabtu, puasa hari Ahad pun harus ada hari-hari pendampingnya sehingga tidak hanya hari Ahad saja.
Demikianlah keterangan-keterangan tentang hukum-hukum puasa yang dapat penulis sajikan dalam diktat ini. Bila dari keterangan-keterangan diktat ini terdapat kejanggalan-kejanggalan atau kekurangan-kekurangan bukanlah maksud penulis untuk menyajikannya yang demikian, tetapi itulah batas kemampuan penulis di dalam menyerap keterangan yang telah diberikan oleh pembimbing kita, dan penulis sangat berterima kasih bilamana dari keterangan-keterangan ini disesuaikan lagi oleh pembaca sekalian. Karena penulis percaya bahwa pembaca (Warga Majelis Ta'lim Jihadussunnah) juga memiliki catatan-catatan yang mungkin lebih lengkap daripada ini.

Akhirul kata semoga artikel sederhana ini dapat kiranya menjadi bahan bacaan yang berguna bagi kita semua, dan semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat, hidayah serta ridho-Nya kepada kita.
Amin Ya Robbal `Alamiin.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More