Kami mencoba kritis, tetapi tidak ceriwis.
Seniman dan musisi asal Surabaya, Jawa Timur, ini menyadari bahwa kondisi fisik setiap orang berubah. Untuk mewujudkan idealisme, masing-masing berusaha menjaga stamina.
"Kami sedang menjalani pilihan hidup," ujar Jabo yang pada era reformasi merilis album Goro-goro karena terinspirasi kondisi di Indonesia saat itu.
Memang, manusia penuh dengan keterbatasan. Demikian juga usia setiap orang, tidak ada yang mengetahui kapan perjalanan hidupnya berakhir. "Jadi, mau sampai mana, tidak ada yang tahu pasti, kami jalani saja," tutur pendiri kelompok Sirkus Barock pada 1976 itu.
Eksis berkesenian merupakan cara yang dipilihnya bersama Setiawan Djody dan Iwan Fals. Mereka ingin tetap mengkritisi kondisi di sekitar, termasuk sosial, politik, dan lingkungan. "Kami mencoba kritis, tetapi tidak ceriwis," ungkap musisi itu, yang dalam bermusik kerap menggabungkan unsur Timur dan Barat.
0 comments:
Post a Comment